Pemahaman sejarah merupakan hal yang penting agar kita sebagai individu yang terus berkembang dapat belajar dari masa lalu, begitu pula dengan pemahaman dasar terhadap Dharma. Atas dasar pemikiran itulah, pengetahuan dasar mengenai bagaimana perkembangan Agama Buddha di Indonesia dan hukum sebab musabab penting untuk diberikan kepada calon Dharmaduta baru. Dengan awal yang singkat, diharapkan para Dharmaduta memiliki rasa penasaran dan memiliki usaha untuk mencari tahu dengan lebih detail hal-hal yang berkaitan terhadap Dharma dengan tujuan bukan hanya mengembangkan Agama Buddha tetapi juga diri sendiri.

Pelatihan Dharmaduta dilanjutkan pada tanggal 15 Agustus 2019 dari jam 19.00 – 21.00 malam. Peserta diarahkan untuk mengkonsumsi makanan yang telah disediakan oleh panitia sebelum mengikuti kelas. Makanan yang disajikan pada sesi kali ini juga sangat lengkap dan enak. Oleh karena mempertimbangkan bahwa hari ini bertepatan pada hari Uposatta dan jit gue pua, panitia menyiapkan makanan khusus vegetarian tanpa mengabaikan kebutuhan gizi dari peserta.


Pelatihan kali ini dibawakan langsung oleh Bhante Pannnasami. Beliau merupakan orang yang memiliki peran yang sangat penting dalam terselenggaranya pelatihan Dharmaduta ini. Dilihat dari riwayat pendidikannya, Bhante Pannasami merupakan lulusan S-2 Jurusan Agama Buddha di Peradeniya University, Sri Lanka pada tahun 2018 lalu. Tidak main-main, pada kesempatan kali ini, Bhante Pannasami membawakan langsung dua topik pelatihan, yaitu: perkembangan Agama Buddha di Indonesia dan Paticcasamuppada (hukum sebab musabab yang saling bergantungan).

Pengajaran diawali mengenai kisah keruntuhan salah satu kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Indonesia yang disebabkan oleh sengkata keluarga yang saling merebut kekuasaan. Setelahnya, perang besar antara keturunan Hayam Wuruk yang sangat merusak sendi-sendi majapahit tidak terhindarkan dengan nama Perang Paregreg (1401-1406 M).  Babad Tahan Jawa mencatat tahun kerutunan Majapahit tersebut dalam suryasengkala “Sirna ilang Kertaring Bhumi” yang berarti “Hilang Lenyap ditelan Bumi” pada tahun 1400 caka atau 1478 M.

Bhante pannasami juga menceritakan bagaimana perjuangan penyebaran Agama Buddha oleh beberapa aktivis Buddhis dari Zaman Kolonial belanda hingga saat ini. Salah satunya adalah Kwee Tek Hoay yang telah mendirikan majalan berbahasa Indonesia pertama yang berisiakan ajaran Buddha dengan nama Moestika Dharma (1932-1934). Perannya dalam penyebaran Agama Buddha khususnya didaerah Jawa terlihat sangat besar.

Setelahnya, Bhante Pannasami kembali melanjutkan topik pembelajaran kedua pada hari ini, yaitu paticcasamuppada (hukum sebab musabab yang saling bergantungan). Ia mengupas mengenai 12 mata rantai yang ada dalam hukum sebab-musabab secara detail. Selain itu, Bhante Pannasami juga membahas mengenai sebab dari 12 mata rantai tersebut, hal yang mencengkram kedua belas mata rantai yang ada dan cara memutuskannya. Pada setiap akhir sesi kegiatan, peserta diberikan Quiz untuk memastikan bahwa mereka fokus mendengarkan Dharma yang telah dibabarkan. Oleh karena waktu yang ada sangat terbatas untuk membahas setiap topik dengan mendalam, dengan modalitas dasar ini, diharapkan para calon Dharmaduta termotivasi untuk mengetahui dan membaca lebih banyak lagi mengenai topik yang dibahas (HK).